0

Makalah Balagah

Posted by Unknown on 11/16/2014 in
MAKALAH BALAGHAH
~USLUB AL-INSYA’~

OLEH
SITTI MARWAH DM ( F411 12 255)
ZULFIANI IDRIS ( F411 12 903)
JURUSAN SASTRA ASIA-BARAT
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014



KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabbil’Alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang  memberikan begitu banyak  nikmat, baik nikmat kesehatan dan waktu luang sehingga penulis dapat  menyelesaikan makalah tentang “Uslub Al-Insya’” dalam mata kuliah Balaghah ini.
Shalawat serta salam tetap tercurah kepada qudwah terbaik kita, nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan semoga sampai kepada ummatnya yang setia pada diinul islam ini  sampai  akhir zaman. Aamiiin.
Ucapan  terimakasih penulis sampaikan pada semua pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT memberikan  balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah diberikan.  
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan. sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan makalah kedepannya. Akhirul kalam, Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat.

Makassar,  21 September  2014

                                                                                                         KELOMPOK III


DAFTAR ISI



 

BAB I

PENDAHULUAN


Ilmu Balâghah, sebagaimana ilmu lain berangkat dari sebuah proses penalaran untuk menemukan premis-premis pengetahuan yang dianggap benar untuk kemudian disatukan menjadi kumpulan teori. Setelah teori itu terkumpul secara generik dengan pembagian-pembagian yang sepesifik, maka ada kecenderungan untuk mempelajari bagian-bagian tersebut secara parsial. banyak yang menyebut al-Sakkâki sebagai tokoh yang mengubah balâghah dari shinâ’ah menjadi ma’rifah-dari induktif menjadi deduktif. Dari paparan tersebut tersirat bahwa setiap ilmu mempunyai obyek kajian yang membatasi ruang gerak keilmuan tertentu, agar jelas dan tidak mengaburkan pembahasan.


1.      Ta’rifuh Uslub Al-insya’
2.      Pembagian Uslub Al-insya’
3.      Jenis-jenis Uslub Al-insya’

Adapun Tujuan yang diharapkan setelah membahas makalah ini :
1.      Mengetahui apa itu Uslub Al-insya’,
2.      Mengetahui Pembagian Uslub Al-insya’,
3.      Mengetahui apa saja jenis-jenis Uslub Al-insya’.

Ada istilah yang sering kita dengar yaitu tak kenal maka tak sayang. Istilah ini mengandung makna bahwa, untuk bisa menyayangi sesuatu kita harus mengenalinya terlebih dahulu. Begitu pun dengan uslub al-insya’ dalam ilmu balaghah. untuk dapat memahaminya dengan baik maka kita perlu tahu pengertiannya, pembagiannya dan jenis-jenisnya.

 

 



BAB II
PEMBAHASAN


A.     Ta’rifuh Uslub Al-insya’
Secara لغة (bahasa), الانشاء yang berarti “mengadakan” dan menciptakan (الإِيْجَادُ وَالاِخْتِرَاع)[1].
Secara istilah الاصطلاح (istilah) الانشاء adalah :
ما لا يحتمل صدقاً ولا كذباً، كالامر والنهي والاستفهام والتمني والنداء وغيرها،.[2]
“Apa-apa yang tidak dapat dinilai jujur ​​dan bohong, seperti perintah, Pencegahan, pertanyaan, angan-angan, daya tarik dan lain-lain.
Sedang menurut istilah ulama Balagah الانشاء didefinisikan sebagai:
كَلاَمٌ لاَ يَحْتَمِلُ صِدْقًا وَلاَ كَذِبًا لِذَاتِهِ[3]
  Kalimat yang tidak dapat diklaim benar atau dusta pada esesnsi berita itu sendiri. 
Dapat dsimpulkan bahwa Uslub al-Insya’ adalah kalimat yang penuturnya tidak bisa dinilai bohong ataupun jujur.

Definisi di atas mengisyaratkan bahwa sebuah kalimat insya’ – tanpa melihat aspek luar dari kalimat tersebut- tidak dapat dinilai benar atau salah. Muatan sebuah insya’ tidak dapat terwujud dalam bentuk konkrit sebelum diungkapkan.



B.     Pembagian Uslub Al-insya’ (أقسام الإنشاء )
1.   Insya’ Thalabiy  ( إِنْشَاءُ الطَّلَبِي )
Insya’ thalabiy oleh ulama balagah didefinisikan sebagai:
مَا يَسْتَدْعى مَطْلُوْبًا غَير حَاصِلٍ فِي اعْتِقَادِ المُتَكَلِّمِ وَقْتَ الطَّلَب[4]
Ungkapan yang mengandung makna “tuntutan” yang menurut keyakinan mutakallim belum terwujud pada saat terjadi tuntutan.
Dalam pengertian lain Insya’ thalabiy adalah kalimat yang menghendaki suatu permintaan yang belum diperoleh saat meminta.[5]
2.   Insya’ Gair Thalabiy ( الإنشاء غير طلبي )
Insya’ ghair thalabiy oleh ulama balagah didefinisikan sebagai:
مَا لاَ يَسْتَدْعى مَطْلُوْبًا غَير حَاصِلٍ وَقْتَ الطَّلَب[6]
Ungkapan yang tidak mengandung makna “tuntutan” dan tidak terwujud pada saat ada tuntutan.
Pengertian  lain  Insya’ Ghairu Thalaby adalah kalimat yang didalamnya tidak menghendaki suatu permintaan.
Berdasarkan pengertian di atas, insya’ gair thalabiy pada prinsipnya merupakan kalam yang tidak dapat diwujudkan secara konkrit pada saat diucapkan.


C.    Jenis-jenis uslub al-insya’ (أنواع الإنشاء )  

a.          الأمر ( bentuk perintah )
Ulama balagah mendefisinikan al-amr dengan berbagai pengertian. Abdurrahman Hasan Habnakah mendefinisikannya sebagai:
طَلَبُ تَحْقِيْقُ شَيْئٍ مَا، مَادِّيٍّ أَوْ مَعْنَوِيٍّ[7]
Menuntut perwujudan sesuatu, baik yang bersifat konkrit maupun abstrak
Dr. Abu Hasbullah mendefinisikan amar sebagai berikut[8]:
الأمر هو لفظ يطلب به الأعلى ممن هو أدنى منه فعلا.
 “Amar ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya.”

Pengertian lain Al-`amr adalah meminta terlaksananya suatu pekerjaan kepada lawan bicara dengan superioritas dari penutur untuk melaksanakan perintah.[9]

Shighat Amar ada beberapa bentuk[10] :
·         Berbentuk fiil amar ( فعل الأمر) /perintah langsung
خُذِ الكِتَابَ بِقُوَّةٍ
·         Berbetuk mudlari’ yang diikuti lam amar  (المضارع للقرون بلام الأمر )
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ
·         Isim Fi’il Amr (اسم فعل الأمر  )
حَيَّ على الفَلاَحِ
·         Masdar Pengganti Fi’il (المصدر النائب عن فعل الأمر)
سَعْياً فى الخَيْرِ
b.         النّهى ( bentuk larangan )
Abdurrahman Hasan Habnakah an-nahiy adalah :
طَلَبُ الكَفِّ عَنْ شَيْئٍ مَا، مَادِّيٍ أَوْ مَعْنَوِيٍّ [11]
Menuntut agar tidak mewujudkan sesuatu, baik yang bersifat konkrit maupun abstrak.
Pengertian lain Al-nahy adalah  meminta dihentikannya suatu pekerjaan kepada lawan bicara dengan superioritas dari penutur untuk melaksanakan permintaan.[12]
Struktur kalimat shigat al-nahyi  adalah fi’il mudhari yang didahului oleh Lâ Nâhiyah. Contoh :                                       
وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضاً
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. (QS. al-Hujurat:12)

c.          الإستفهام و أدواته (kata Tanya dan bentuk lainnya)
Al-Istifhâm adalah mencari tahu tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, dengan menggunakan adât al-istifhâm[13]
[14]Adatul istifham  terbagi dalam dua kategori. Yaitu
·         huruf istifham yang berupa hamzah atau hal (الهمزة و هلْ)yang berarti apakah.  Contoh :
هَلْ جاءَ صَدِيْقُكَ
أَسَافَرَ علِيٌّ


·         isim istifham, yaitu semua adatul istifham selain yang pertama tadi, yakni
·        كَيْفَ، كيْفَ أنْتَ؟
·        أَيْنَ، أَيْنَ تَذْهَبُ؟
·        كمْ، كمْ لَبِثْتُمْ
·       أيّ، أيُّ الفَرِيْقَيْنِ خَيْرٌ مَقَاماً

 

·      مَنْ،  منْ فَتَحَ مِصْرَ
·        ما، مَا العسْجَدُ
·      مَتَى، متى جِئْتَ؟
·        أَيَّانَ، يُسأل أَيَّانَ يومُ القِيامةِ

d.         التّمنّى (Harapan)
Al-Tamannî adalah mengharapkan sesuatu yang mustahil digapai atau yang tidak mampu digapai.[15]
·        Sesuatu yang mustahil digapai, contoh:
ألا ليت الشباب يعود يوما * فأخبره بما فعل المشيب
·        Sesuatu yang mungkin digapai namun tidak mampu teraih, contoh:
يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآأُوتِىَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ  
Al-Tamannî memiliki satu `adât ashly yakni ليت dan mempunyai tiga `adât yang tidak ashly sebagai penggantinya, yaitu:[16]
a)              هَلْ (apakah, adakah, akankah…), contoh:
هلْ لنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوْا لَنا
b)             لَوْ  (jika, sekiranya..), contoh:
 لَوْ أَنَّ لَناكَرَّةً فَتَكوْنَ منَ المُؤْمِنيْنَ
c)              لعلَّ  ( niscaya…), contoh:
  آسِرْبَ الْقَطا هَلْ مَنْ يُعِيْرُ جَنَاحَهُ # لَعَلِّى إِلى منْ قَدْ هَوَيْتُ أَطِيْرُ


e.          النّداء (Seruan/sapaan)

النداءُ :  فهوَ طَلَبُ الإقبالِ بحرْفٍ نائبٍ مَنَابَ (أَدْعُو)[17]

NIDA (panggilan) adalah: menuntut tanggapan/perhatian, dengan menggunakan huruf nida sebagai pengganti dari lafazh AD’UU.
Bentuk-bentuk an-nida’ seperti :
وَا
هيا
أَيا
آىْ
آ
يَا
أىْ
الهمزةُ
Huruf nida الهمزةُ dan أىْ digunakan untuk penggilan dekat, huruf nida selain keduanya digunakan untuk panggilan jauh.
2.      الإنشاء غير طلبي أنواع (jenis insya’ ghairu thalabi)[18]
a.       Pujian  (المَدْحُ )
Contoh : نعم القائد للمرء عقلة
b.      celaan (الذّمُّ)
Contoh :  بئس الاس الفسوق بعد الإيمان
c.       Sumpah (القسم )
Contoh : والله لأخدمن الوطن
d.      Pengharapan (الرجاء )
Contoh : عسى الله أن يأتي بالفتح
e.       Kekaguman (التعجب   )
Contoh : ما أجمل السماء في الليل

BAB III

PENUTUP


Insya’ merupakan bagian dari علم معانى  yang membantu manusia untuk memahami ucapan seseorang. Al insya’ menurut ulama balaghah adalah  kalimat yang tidak dapat diklaim benar atau dusta pada esesnsi berita itu sendiri. Pembagian uslub al- insya ada dua yaitu insya’ thalaby dan insya’ gair thalaby. Insya’ thalaby adalah kalimat yang menghendaki suatu permintaan yang belum diperoleh saat meminta. Sedangkan insya’ gair thalaby adalah kalimat yang didalamnya tidak menghendaki suatu permintaan. Kemudian yang termasuk insya thalaby ada lima jenis, begitupula dengan insya’ gair thalaby.



DAFTAR PUSTAKA


-        Abdurrahman Hasan Habnakah al-Maidaniy, al-Balagat al-‘Arabiyah; Ususuha wa ‘Ulumuha wa Fununuha, juz I, (Cet. I; Dimasyq: Dar al-Qalam, 1996), h. 228.
-        Ahmad Mushthafa al-Maraghi, ‘Ulum al-Balagah; al-Bayan, al-Ma’ani, al-Badi’, (td.), h. 61.  
-        http://www.alshirazi.com/compilations/lals/balagah/part1/3.htm dikutip pada Selasa 22 september 2014
-        Ahmad al-Hasyimiy, Jawahir al-Balagah; Fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, (Cet. XII; Indonesia:  Maktabat Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, 1960), h. 75
-        http://ibnusamsulhuda.wordpress.com/2010/11/02/obyek-kajian-ilmu-balaghah/ dikutip pada Selasa 22 september 2014
-        http://chaka84.blogspot.com/2012/10/makalah-ulumul-quran-bab-ii_11.html dikutip pada Selasa 23 september 2014
-        http://inong46.blogspot.com/2011/11/amar-nahi.html dikutip pada Selasa 23 september 2014
-        http://wardha-hasan.blogspot.com/2013/05/blog-post.html dikutip pada Selasa 23 september 2014
-        Abdurrahman Hasan Habnakah al-Maidaniy, op.cit., h. 228.



[1]Ahmad Mushthafa al-Maraghi, ‘Ulum al-Balagah; al-Bayan, al-Ma’ani, al-Badi’, (td.), h. 61.  
[3] Ahmad al-Hasyimiy, Jawahir al-Balagah; Fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, (Cet. XII; Indonesia:  Maktabat Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, 1960), h. 75
[4] Abdurrahman Hasan Habnakah al-Maidaniy, al-Balagat al-‘Arabiyah; Ususuha wa ‘Ulumuha wa Fununuha, juz I, (Cet. I; Dimasyq: Dar al-Qalam, 1996), h. 228.
[11] Abdurrahman Hasan Habnakah al-Maidaniy, op.cit., h. 228.
[16] http://wardha-hasan.blogspot.com/2013/05/blog-post.html dikutip pada Selasa 23 september 2014
[18] http://www.alshirazi.com/compilations/lals/balagah/part1/3.htm    dikutip pada selasa 23 September 2014

0 Comments

Copyright © 2009 my articel All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.