0
Posted by Unknown
on
5/26/2015
in
Pengetahuan
Makalah Metode Penelitian Sastra
Analisis Konflik Batin yang Dialami Tokoh-Tokoh Dalam Karya Habiburrahman El Shirazy "Cinta Suci Zahrana"
(Pendekatan Psikologis)
OLEH:
Salma Landu
F41112253
JURUSAN SASTRA ASIA BARAT/ARAB
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015/2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Karya
sastra adalah fenomena kemanusian yang kompleks, ada peristiwa suka, duka dan
berbagai peristiwa hidup lainnya. Semua itu merupakan hasil ciptaan manusia
yang ditujukkan untuk manusia, berisikan tentang kehidupan manusia, memberikan
gambaran kehidupan dengan segala aspek kehidupannya. Semi (1993 : 8)
mengatakan, bahwa karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang
menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya sebagai objek kajiannya.
Manusia
dijadikan objek sastrawan sebab manusia merupakan gambaran tingkah laku yang
dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan bagian dari
gejolak jiwa sebab dari tingkah laku manusia dapat dilihat gejala-gejala
kejiwaan yang pastinya berbeda satu dengan yang lain. Pada diri manusia dapat dikaji
dengan ilmu pengetahuan yakni psikologi yang membahas tentang kejiwaan. Oleh
karena itu, karya sastra disebut sebagai salah satu gejala kejiwaan (Ratna,
2004: 62 (diambil dari kajian teori psikologi dan sastra). Karya sastra yang
merupakan hasil dari aktivitas penulis sering dikaitkan dengan gejala-gejala
kejiwaan sebab karya sastra merupakan hasil dari penciptaan seorang pengarang
yang secara sadar atau tidak sadar menggunakan teori psikologi.
Karya sastra sebenarnya tidak dapat dilepaskan sama sekali dari
pengarangnya, sebab di antara keduanya terdapat “hubungan kausalitas”
(Aminuddin, 1990:93), yakni sebagai hasil kreativitas pengarangnya, karya
sastra tidak akan mungkin lahir tanpa ada penulis sebagai penuturnya. Sebagai
manusia yang hidup dan berinteraksi dengan sesamanya, sang pengarang dengan
bermodalkan kepekaan jiwa yang dalam senantiasa mengecap melalui pengamatan dan
penghayatan terhadap masalah kemanusian dan kehidupan ini. Kemampuan menangkap
gejala-gejala kejiwaan dari orang lain, oleh pengarang kemudian diolah dan
diendapkan serta diekspresikan dalam proses kreatif cipta sastra sehingga
lahirlah karya sastra sebagai buah kontemplatif sang pengarang. Dengan
demikian, pengalaman kejiwaan yang semula mengendap dalam jiwa pengarang telah
beralih menjadi suatu master piece cipta sastra yang terproyeksikan lewat
ciri-ciri kejiwaan para tokoh imajinernya. Tokoh dalam “dunia baru”, dunia
rekaan sang pengarang.
Dari penjelasan diatas penulis akan mengkaji novel “Cinta
Suci Zahrana” karya Habiburrahman El Shirazy menggunakan pendekatan psikologis
sastra, adapun yang akan dibahas yaitu konflik psikologis yang dialami
tokoh-tokoh dalam novel “Cinta Suci Zahrana”.
1. Apa saja konflik psikologis yang
dialami tokoh-tokoh dalam novel Cinta Suci Zahrana?
1) Untuk mengetahui konflik psikologis
yang dialami tokoh-tokoh dalam novel Takbir Cinta Suci
Zahrana.
Metode penelitian adalah petunjuk yang memberi arah dan
corak penelitian, sehingga dengan metode yang tepat suatu penelitian akan
memperoleh hasil yang maksimal.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat
suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat
diamati (Lexy J. Moleong, 2001:6).
Data deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, frase, klausa, kalimat atau paragraf
dan bukan angka-angka. Dengan demikian, hasil penelitian ini berisi
analisis data yang sifatnya menuturkan, memaparkan, memerikan,
menganalisis dan menafsirkan (Soediro Satoto, 1992:15).
Dalam KBBI dijelaskan bahwa pengertian
psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan dengan proses-proses mental
baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu
pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa.
Psikologi
sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi
(Hartoko dalam Endraswara, 2008:70). Dasar konsep dari psikologi sastra adalah
munculnya jalan buntu dalam memahami sebuah karya sastra, sedangkan pemahaman
dari sisi lain dianggap belum bisa mewadahi tuntutan psikis, oleh karena hal
itu muncullah psikologi sastra, yang berfungsi sebagai jembatan dalam
interpretasi.
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004:350).
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004:350).
Dengan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa
psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas
manusia atau individu sendiri. Dalam penelitian ini, ada beberapa
peristiwa kejiwaan yang perlu dipahami antara lain.
Konflik
terjadi bila ada tujuan yang ingin dicapai sekaligus dalam waktu yang
bersamaan. Konflik terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi
antara kebutuhan individu dan kemampuan potensial. Konflik dapat
diselesaikan melalui keputusan hati. Konflik dapat dibagi menjadi empat
macam, yaitu:
1. Approach-approach
conflict, yaitu
konflik-konflik psikis yang dialami oleh individu karena individu tersebut
mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama kuat. Misalnya,
seorang mahasiswa pergi kuliah atau menemui temannya karena sudah berjanji.
2. Approach
avoidance conflict,
yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan
menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama
kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat menjadi pegawai negeri (positif) di
daerah terpencil (negatif).
3. Avoidance-avoidance
conflict, yaitu
konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama
negatif dan sama-sama kuat.Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus
membuka rahasia kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari
kelompoknya.
4. Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami
individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif
negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang
mahasiswa harus menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau
melanjutkan studi (positif) (Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, 1993:73 -
75).
Peristiwa dalam karya fiksi seperti
halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau
pelaku-pelakunya, pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehinggga
terjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminuddin, 2004:79). Kusdiratin
(dalam Depdiknas, 2005:57) mengatakan bahwa tokoh dalam karya fiksi selalu
mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak
pada tokoh suatu karya sastra oleh pengarang disebut perwatakan. Tokoh
merupakan bagian dari keutuhan artistik karya sastra yang selalu menunjang
keutuhan artistik itu. Tokoh dalam karya sastra dapat digolongkan menjadi lima,
yaitu (1) tokoh utama dan tokoh pembantu, (2) tokoh bulat dan tokoh datar, (3)
tokoh protagonis dan tokoh antagonis, (4) tokoh sentral dan tokoh bawahan, dan
(5) tokoh dinamis dan tokoh statis (Aminuddin,2004:80).
Penokohan dalam karya sastra adalah
cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku dalam karya fiksinya. Boulton
dalam (Aminuddin, 2004:79) mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan
atau memunculkan tokoh dalam karya fiksi dapat bermacam-macam, seperti tokoh
pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang gigih dalam perjuangan
hidupnya, pelaku yang selalu bersikap realistis, pelaku yang egois. Para pelaku
bisa berupa manusia atau tokohmakhluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya
perilaku binatang.
Novel
adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan
menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan
bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini
mengacu pada pendapat Santoso dan Wahyuningtyas (2010: 46), yang menjelaskan,
"Kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata
novus yang berarti baru atau new dalam bahasa inggis. Karena novel adalah
bentuk karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan
drama. Ada juga yang mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella
yang artinya sama dengan bahasa latin.
Novel
juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek
daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya
hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan
seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang
pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar
saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Dan kejadian yang
digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya
perubahan nasib".
Sedangkan
menurut Sumarjo (dalam Santosa dan Wahyuningtyas, 2010 : 47), “Novel” diartikan
sebagai “Novel adalah produk masyarakat. Novel berada dimasyarakat karena novel
dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau
rasional dalam masyarakat”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996
(dalam Siswanto 2008 :141), “Novel” diartikan sebagai "Karangan prosa yang
panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang
disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Masalah
yang dibahas tidak sekompleks roman. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada
masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari. Meskipun
demikian, penggarapan unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti tema,
plot, latar, gaya bahasa, nilai tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan
aspek tertentu dari unsur intrinsik tersebut".
Habiburrahman
El Shirazy adalah novelis No. 1 Indonesia (dinobatkan oleh INSANI UNIVERSITAS
DIPONEGORO Semarang, 2008). Sastrawan terkemuka Indonesia ini juga ditahbiskan
oleh Harian Republika sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007. Ia dilahirkan di
Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976.
Sarjana
universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini, selain dikenal sebagai novelis, juga
dikenal sebagai sutradara, dai, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak
hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura,
Brunei, Hongkong, Taiwan dan Australia. Banyak kalangan menilai, karya-karya
fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi
membaca.
Sastrawan
yang akrab di sapa dengan panggilan “kang Abik” ini, memulai pendidian
menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil
belajar kitab kuning dipondok pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak
dibawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota
budaya Surakarta untuk belajar di MA program khusus (MAPK) Surakarta, lulus
pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaran intelektualnya ke Fakultas
Ushuluddin, jurusan Hadits Universitas Al Azhar, Kairo dan selesai pada tahun
1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate
Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo
yang didirikan oleh Imam al-Baiquri.
Ketika
menempuh studi di Kairo Mesir, kang Abik pernah memimpin kelompok kajian
MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahun Islam) di Kairo
(1996-1997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti “Perkemahan
Pemuda Islam Internasional Kedua” yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly
of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismalia, Mesir (Juli 1996). Dalam
perkemahan itu ia berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil ‘Alam Bil Islam (Realisasi Kemanan dan
Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi
terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan tingkat
dunia tersebut. Pernah aktif di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo
(1998-2000) pernah menjadi koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama dua
periode (1998-2000 dan 2000-2002). Sastrawan muda ini pernah dipercaya untuk
duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di
Kairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan
Komunitas Sastra Indonesia di Kairo.
Setibanya
di tanah air pada pertengah Oktober 2002, ia diminta ikut mentashih Kamus
Populer Bahasa Arab-Indonesia yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh
Diva Pustaka Jakarta, (Juni 2003). Ia juga diminta menjadi kontributor
penyusunan Ensiklopedia Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikirannya,
(terdiri atas tiga jilid diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003).
Antara
tahun 2003 sampai 2004 ia mendedikasikan ilmunya di MAN 1 Jogjakarta.
Selanjutnya sejak tahun 2004 hingga 2006 ia menjadi dosen Lembaga Pengajaran
Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Kini, ia lebih
sering menjadi ‘dosen terbang’ untuk memberikan kuliah dan stadium general
dipelbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Ia menjadi pembicara dalam
seminar di dalam dan di luar negeri. Di forum Internasional, misalnya pernah
menjadi pembicara di Universiti Petronas Malaysia, di Masjid Camii Tokyo dalam
SYIAR ISLAM GOLDEN WEEK 2010 TOKYO, di Grand Auditorium Griffith University
Brisbane, Australia, juga menjadi pembicara dalam seminar Asia-Pacific di University
of New South Wales at ADFA, Canberra, dan sebagainya.
Kang
Abik, semasa di SLTA pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai
pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari
Surakarta (1994). Pernah meraih juara 2 lomba menulis artikel se-MAN Surakarta
(1994). Pernah menjadi pemenang 1 dalam lomba baca puisi religius tingkat SLTA
se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI Orwil Jateng di
Semarang, 1994). Pemenang 1 lomba pidato tingkat remaja se-eks Keresidenan
Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Ia
juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan
oleh UMS Surakarta (1994). Meraih juara 1 lomba baca puisi Arab tingkat
Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta 1994. Pernah mengudara di
radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syharil Quran
setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat
SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul
tulisan, Analisis Dampak Film Laga terhadap Kepribadiaan Remaja. Dengan
karya-karyanya yang fenomenal itu, kang Abik yang oleh banyak kalangan dijuluki
“penulis bertangan emas” telah diganjar banyak penghargaan bergengsi tingkat
nasional maupun Asia Tenggara.
Zahrana
adalah seorang anak yang berbakti dan berusaha menjadi anak yang baik kepada
kedua orangtuanya. Ia hampir selalu mengikuti apa yang diinginkan kedua
orangtuanya, kecuali beberapa hal yang ia merasa ia tidak harus mengikuti
kemauan kedua orangtuanya.karena ia
merasa bahwa hal itu sama sekali tidak mengganggu kedua oranguanya dan jika ia
mengikutinya ia merasa tidak menjadi dirinya sendiri. Misalnya negitu ia lulus
SMP, ayahnya minta masuk pesantren dan menghafal Al-Quran. Tidak usah
melanjutkan sekolah. Ayahnya mengatakan bahwa dipesantren juga ada madrasahnya,
ia bisa melanjutkan sekolah di madrasah saja. Ibunya mendukung keputusan
ayahnya, ibunya beralasan pesantren biayanya sangat murahsesungguhnya ia ingin
mengikuti keinginan ayah dan ibunya, tetapi entah kenapa ia menjadi lulusan
terbaik di SMP terbaik di kota Semarang merasa lebih nyaman jika melanjutkan ke
SMA terbaik di kota Semarang.
Ia tidak
membantah ayah dan ibunya saat itu, ia hanya pura-pura sakit. Dan anehnya ia
benar-benar bisa demam sampai berhari-hari. Akhirnya ibunya iba, ibunya mengaja
bicara dari hati ke hati dan ia mengutarakan bahwa keinginan terbesarnya adalah
masuk SMA terbaik di kota Semarang bukan ke pesantren. Tiga tahun di SMA ia
selesaikan dengan baik, ia lulus dengan nilai ujian akhir tertinggi di
sekolahnya.
Nama
Zahrana mendunia karena karya tulisnya dimuat di jurnal ilmiah RMIT
Melbourne. Dari karya tulis itu, Zahrana meraih penghargaan dari Tsinghua
University, sebuah universitas ternama di China. Ia pun terbang ke negeri Tirai
Bambu untuk menyampaikan isi jurnal ilmiahnya. Di hadapan puluhan profesor
arsitek kelas dunia, ia memaparkan arsitektur bertema budaya. Yang ia tawarkan
arsitektur model kerajaan Jawa-Islam dahulu kala. Dari Tsinghua University,
Zahrana mendapat tawaran beasiswa untuk studi S3 di samping mendapat tawaran pengerjaan
sebuah proyek besar.
Di tengah
kesuksesan prestasi akademiknya, ia malah menjadi bahan kecemasan kedua orang
tuanya. Kecemasan itu lantaran Zahrana belum juga menikah di usianya yang
memasuki kepala tiga. Sudah banyak laki-laki yang meminangnya, namun Zahrana
menolaknya dengan halus.
Di sinilah
konflik batin Zahrana mulai timbul, antara menuruti keinginan orang tua atau
mengejar cita-cita. Sebenarnya Zahrana sudah mengalah. Ia tak menerima tawaran
jadi dosen di UGM. Alasannya karena orang tuanya yang tinggal di Semarang tidak
mau jauh. Zahranapun memilih mengajar di sebuah universitas di Semarang. Ia
tetap bisa tinggal bersama orang tuanya. Zahrana juga mengalah pada orang
tuanya hingga ia tidak mengambil tawaran beasiswa S3 di negeri China.
Meski tidak
memaksa, kedua orang tua Zahrana berharap anak satu-satunya itu segera menikah
dan memiliki keturunan. Sebagai orang tua yang sudah renta, khawatir semasa
hidupnya tidak sempat menyaksikan Zahrana bersuami dan menimang cucu. Apalagi
bila melihat anak-anak tetangga seusia Zahrana, mereka sudah memiliki anak dua
bahkan tiga. Sebenarnya dalam jiwa perempuan
Zahrana, bukan tidak memiliki keinginan berumah tangga. Tetapi logika
analitisnya selalu berargumen, menikah hanya menunda-nunda kesuksesannya bahkan
bisa menghalanginya.
Puncak
konflik batin Zahrana ketika dilamar oleh seorang duda yang notabene adalah atasannya
sendiri. Ia dilamar dekannya, begitu kembali dari seminar Nasional di Surabaya.
Dengan tegas, Zahrana tidak menerima lamaran atasannya itu meski orang tuanya
kecewa. Alasan Zahrana semata-mata persoalan moral atasannya yang terkenal suka
bermain cinta dengan mahasiswanya sendiri. Di samping alasan moral, Zahrana tak
mungkin menerima lamaran atasannya yang berusia 55 tahun.
Akibat
menolak lamaran itu, Pak Karman Berencana memecat Zahrana. Tetapi Zahrana
mendahului mengajukan pengunduran diri. Ia benar-benar hengkang dari kampus itu
dan memilih mengajar di sebuah sekolah kejuruan teknik.
Pasca
lamaran, Zahrana sadar, ia harus cepat-cepat bersuami. Hati Zahrana berargumen
lain, bisa saja dirinya melanjutkan cita-cita di dunia kademik meski sudah
bersuami. Ia pun minta saran kepada pimpinan pondok pesantren yang masih
saudara jauh teman akrabnya. Oleh pimpinan pondok pesantren Zahrana dipertemukan
seorang pemuda yang dari sisi pekerjaan kurang prestisius. Pemuda itu pedagang
kerupuk keliling dan Zahrana merasa cocok. Ia bertekad mengabdikan hidupnya
kepada Allah melalui ibadah dalam rumah tangga.
Kedua
belah kelurga menyiapkan pesta pernikahan sederhana. Zahrana menyiapkan gaun
pengantin. Bahagia sekali hati Zahrana. Ia meyakinkan diri tak lama lagi akan
bersuami yang salih. Ia membayangkan esok hari, kisah penantian ini akan
segera berganti.
Namun
bayangan itu sirna seketika saat menerima kabar calon suaminya meninggal,
tertabrak Kereta Api yang tak jauh dari perkampungan. Saat itu pula Zahrana
merasa sudah mati. Bayangan indah kini berganti dengan kabut tebal yang
dipenuhi hantu kematian yang siap mencabik-cabik dirinya. Bunga-bunga cinta di
hatinya, kini berganti dengan bunga kematian. Langitpun runtuh dan serasa
menindihnya. Zahrana pingsan beberap kali hingga dilarikan ke rumah sakit.
Beruntung Zahrana masih kuat melanjutkan hidup.
Beberapa
hari pascatragedi, ia hanya di rumah sambil menekuri diri. Sahabat-sahabat dan
kerabatnya banyak yang berdatangan untuk sekedar mengucapkan duka cita termasuk
teman-teman dan atasanya di kampus dulu mengajar.
Salah
seorang penjenguk, dokter perempuan yang sempat mengobatinya di rumah sakit.
Perempuan itu ternyata ibunya mahasiswa bernama Hasan yang sekripsinya sempat
dia bimbiang. Rupanya kedatangan ibu dokter ini sekaligus mengobati luka cinta
Zahrana.
Ibu dokter
ternyata mengabarkan, anaknya, Hasan, berniat menikahinya. Betapa kaget dan
bahagianya Zahrana. Seolah tak peracaya dengan nasibnya yang begitu
bergelombang. Meski ragu menerima lamaran itu, Zahrana menyampaikan satu
syarat.Bila anak ibu dokter benar meminangnya, ia minta agar pernikahannya
nanti malam setelah shalat tarawih. Ia sangat trauma dengan tragedi yang
menimpa satu malam menjelang pernikahannya dulu. Setelah dialog cukup panjang,
tawaran itu diterima ibu dokter. Tepat jam tujuh malam, mereka melangsungkan
pernikahan suci di masjid yang disaksikan para jamaah shalat tarawih.
Malam pertama bulan Ramadhan yang indah menandakan berakhirnya penderitaan
Zahrana. Ia menyempurnakan hidupnya dengan mencurahkan cinta sucinya.
a.
Approach-approach conflict
·
Tokoh Zahrana saat akan menerima penghargaan
“ia
diundang ke Beijing untuk menerima penghargaan atas karya-karya dan prestasinya
di bidang arsitektur. Artikel yang ia tulis di jurnal ilmiah yang diterbitkan
oleh RMIT Melbourne, Australia mendapat apresiasi yang sangat luas dari para
arsitektur dunia. Dan puncaknya ia diundang ke Beijing untuk diberi penghargaan
level Internasional oleh School of
Architecture, Tsinghua University, sebuah universitas ternama China”. (Habiburrahman
Hal: 2)
·
Tokoh Zahrana saat ia lulus S2
“Dengan
kerja keras siang malam ia lulus S2 Arsitektur ITB dengan predikat terbaik.”
(Habiburrahman Hal: 15)
·
Tokoh lina ketika ia menyampaikan pesan zahrana sesuai
janjinya
“Anu
bu ada yang lupa, Zahrana pesan, agar bapak dan ibu nonton acara pemberian
penghargaan itu di televisi. Acara itu akan dirayangkan dalam acara “Anak
Bangsa Berprestasi” besok setengah enam sore. Jangan sampai tidak nonton.”
·
Tokoh Zahrana saat ia ditawarkan untuk dicarikan investor
“Terima
kasih Professor, saya sangat tersanjung merasa sangat terhormat atas tawaran
Professor. Saya akan memikirkannya matang-matang.” (Habiburrahman Hal: 65)
·
Tokoh Nina saat menjemput Zahrana di bandara
“Selamat
datang di Indonesia Raya lagi Bu. Selamat atas penghargaannya. Nina nonton TV
lho Bu. Nina sampai nangis dengar pidato Ibu. Ibu Rana memang luar biasa.”kata
nina sambil berkaca-kaca (Habiburrahman Hal: 91)
·
Tokoh Ayah dan Ibu Zahrana
“Dua kalimat yang ringan di lisan.
Disukai Allah Yang Maha Rahman. Sangat berat timbangannya kelak di akhirat.
Yaitu: Subhanallah wa bihamdihi,
subhanallahil adzhim.” Sambil melihat suasana mereka berdua duduk-duduk di
beranda dengan hati dan mulut mengucapkan dua kalimat itu.” (Habiburrahman Hal:
145)
·
Tokoh Sukarman saat ditawari tape ketan ketika melamar
Zahrana
“Sebelum
yang lain mengambil, biar saya dulu yang harus mencicipi. Agar awet muda dan
bisa menyunting bidadari.” (Habiburrahman Hal: 193)
·
Tokoh Zahrana setelah menerima SMS dari Hasan
“Ia tersenyum. Ia bahagia membaca
SMS itu. Bagaimana tidak bahagia jika ada seorang murid yang berhasil tidak
lupa kepada gurunya. Ia teringat saat dulu diwisuda di UGM dan menjadi lulusan
terbaik di Fakultasnya. Saat itu ia sangat bahagia. Dan itu pula yang saat ini
sedang dirasakan mahasiswanya Hasan.” (Habiburrahman Hal: 241)
b.
Approach avoidance conflict
·
Tokoh Zahrana dan kedua orangtuanya
“Saat
ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka
menanggapinya biasa-biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa padahal itu
adalah undangan istimewa luar biasa”. (Habiburrahman Hal: 2)
·
Tokoh ibu ketika menyampaikan isi hatinya
“dia
hanya mementingkan kesenangan dia sendiri. Tidak pernah memikirkan apa yang
dipikirkan orangtuanya.” (Habiburrahman Hal: 43)
·
Tokoh ayah ketika menyampaikan keinginannya memiliki cucu
“iya,
kalau ada cucu kita tidak cepat tua. Tapi tidak ada cucu rasanya cepat sekali
kita tua. Bahkan pintu kubur seperti ada di depan mata.” (Habiburrahman Hal:
39)
·
Tokoh Zahrana dilamar Pak Sukarman
“Matanya
berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih
sirna dari dunia.”
c.
Avoidance-avoidance conflict
·
Tokoh ibu Zahrana ketika ayah Zahrana diancam
“Sedang
menjalankan tugas dari atasannya. Sebab atasannya mengancam jika bapakmu
membantah maka akan diusulkan pensiun
dini. Kalau pensiun dini maknanya ia tidak akan mendapat gaji pensiun penuh.”
(Habiburrahman Hal: 8)
·
Tokoh Zahrana ketika dinasehati oleh ayahnya saat ia
menyampaikan akan mengajar di UGM...
“kalau
kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang minta
agar kami mengikhlaskan kamu,
seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi.” (Habiburrahman Hal: 12)
·
Tokoh anak Marni ketika ditangkap ibunya karna ia bermain
hujan dan tidak mau pulang
“sang anak meronta tapi cengkeraman
sang ibu lebih kuat. Keduanya basah kuyup oleh hujan. Sang ibu menyeret anaknya
ke rumah. Sang anak kembali berontak. Sang ibu jengkel ia pukul pantat anaknya
agak keras. Anak itu menangis”. (Habiburrahman Hal: 39)
·
Tokoh Zahrana saat memikirkan lamaran Pak Sukarman
“Malam itu Zahrana tidak bisa tidur.
Wajah Sukarman meneror dirinya. Di mana-mana ia seperti melihat wajah Sukarman
yang memuakkan. Akal sehatnya tidak mungkin bisa menerima Pak Sukarman. Tidak
bisa. Meskipun ia berusaha mencerna dan menghayati kata-kata Wati bahwa jika
Pak Karman taubat itu adalah dakwah dan dia dapat pahala.” (Habiburrahman Hal:
139)
·
Tokoh Zahrana ketika mendengar lelucon Pak Sukarman saat
melamarnya
“Spontan perkataan itu disambut
tertawa semua hadir, kecuali dirinya. Entah kenapa perkataan itu menurutnya
tidak lucu. Ia merasa, ada aroma rayuan gombal dan busuk didalamnya. Perkataan
itu seperti sampah yang hendak dijejalkan ke telinganya.”
·
Tokoh Bu Merlin mengirimkan sms kepada Zahrana setelah
penolakan lamaran terhadap Pak Sukarman
“Hari
ini saya dicaci maki Pak Karman gara-gara jawabanmu. Saya sungguh kecewa dengan
kamu!”
·
Tokoh Bu Merlin ketika menemui Zahrana di rumahnya
Zahrana kamu memang bebas menentukan
pilihanmu. Namun terus terang saya tidak mengerti apa maumu. Saya tak perlu
berdusta padamu, saya sangat kecewa padamu. Padahal saya telah berusaha
melakukan yang terbaik, untukmu dan juga untuk Pak Karman. Namun agaknya ini
semua berantakan karena keangkuhanmu.”
·
Tokoh Zahrana ketika menjelaskan alasannya menolak lamaran
Pak Karman kepada Bu Merlin
“saya
tidak mau, setelah menikah sosok Pak Karman justru jadi monster yang menghantui
saya setiap saat. Saya sama sekali tidak bisa mencintainya Bu. Meskipun sebutir
zarrah. Ibu kan juga perempuan. Saya mohon ibu bisa memaklumi.” (Habiburrahman
Hal: 204)
·
Tokoh Zahrana ketika menerima email dari Pak Didik yang
memintanya menjadi istri kedua
“Zahrana membaca email itu dengan
tubuh gemetar, mata berkaca-kaca. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan. Yang jelas
bukan bahagia. Ia merasa betapa tidak mudah menjadi gadis yang terlambat
meniah. Dan betapa susah menjadi wanita.” (Habiburrahman Hal: 225)
·
Tokoh Zahrana ketika mengetahui calon suaminya rahmat
meninggal tertabrak kereta
“Oh tidak! tidak!Tidaaak!” Zahrana
menjerit histeris. Jeritannya menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.
Setelah itu ia pingsan seketika. Semua yang ada di rumah itu terpukul. Para
tetangga Zahrana yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi ikut sedih dan
meneteskan air mata.” (Habiburrahman Hal: 248)
·
Tokoh Zahrana setelah siuman dari pingsannya di Rumah Sakit Roemani
“Lebih
baik aku mati saja Lin. Aku nyaris tidak kuat!” katanya dalam pelukan Lina
dengan terisak-isak.” (Habiburrahman Hal: 250)
d.
Double approach avoidance conflict
·
Tokoh Zahrana ketika menolak tawaran mengajar di UGM
“ dengan berat hati, ia memutuskan
untuk tidak mengambil tawaran langka itu. Dekan dan para dosen berusaha
membujuknya dan memikirkan baik-baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih
membahagiakan kedua orangtuanya daripada asyik dengan kebahagiaannya sendiri.
Ia berharap Allah akan memberikan gantinya yang lebih baik.” (Habiburrahman
Hal: 13)
·
Tokoh Zahrana ketika menolak tawaran sahabatnya untuk
menikah
“Ia
tersenyum pada sahabatnya itu dan mengatakan belum ingin menikah, ia ingin
menyelesaikan kuliah.” (Habiburrahman Hal: 23)
·
Tokoh Zahrana ketika hendak mengundurkan diri dari kampus
“Kau
benar Lin. Besok aku akan mengundurkan diri. Aku akan hijrah dari takdir yang
baik ke takdir yang lebih baik.”
Psikologi
sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi
(Hartoko dalam Endraswara, 2008:70). Dasar konsep dari psikologi sastra adalah
munculnya jalan buntu dalam memahami sebuah karya sastra, sedangkan pemahaman
dari sisi lain dianggap belum bisa mewadahi tuntutan psikis, oleh karena hal
itu muncullah psikologi sastra, yang berfungsi sebagai jembatan dalam
interpretasi.
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004:350).
Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna, 2004:350).
Dari
pengertian diatas pemakalah menemukan banyak konflik-konflik psikologis yang
dialami tokoh-tokoh dalam novel “Cinta Suci Zahrana” Karya Habiburrahman El Shirazy,
terutama tokoh Zahrana. Tokoh Zahrana paling banyak mengalami konflik
psikologis.
Setelah
menganalisis Novel “Cinta Suci Zahrana” Karya Habiburrahman El Shirazy
pemakalah banyak menemukan unsur Psikologi pengarang dimana karya ini banyak mengambil
latar yang pernah di tempati oleh pengarang dan beberapa kisah yang pernah
dialami pengarang didalam novel ini. Pemakalah menyarankan kepada pemakalah
lain untuk menganalisis psikologi pengarang dalam novel ini.
Aminuddin.
1990. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Aminudin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam
Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih, Asah, Asuh
Atar, Semi.
1989. Kritik Sastra. Bandung:
Angkasa.
Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Bandung:
Angkasa.
Depdiknas. 2005. Materi
Pelatihan Terintegrasi. Bahasa dan Sastra Indonesia.Pengembangan
Kemampuan Menyimak Sastra. Buku 3e. Jakarta: Direktorat
PLP Dirjendikdasmen Depdiknas.
Endraswara,
Suwardi. 2008. Metode
Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media Presindo
Kutha Ratna, Nyoman, Prof. Dr. S.U. 2004. Teori,
Metode, dan Teknik Penelitian
Lexy J. Moleong,
2001, Metode
Penelitian Kualitatif, cetakan keempatbelas, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya (anggota IKAPI).
Santoso, Wijaya
Heru dan Wahyuningtyas, Sri. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra.
Jakarta: Grasindo.
Soediro Satoto.
1992. Metode Penelitian Sastra Bagian
I (BPK). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Usman Efendi dan
Juhaya S Praja. (1993). Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.